SEKILAS INFO TENTANG MISA REQUEIM KONSELBRASI 2013 DI PANTAI MARINA
Minggu, 3 November 2013 langit di
atas Pantai Marina sangat cerah, sekitar pk. 09.00 pagi panitia Misa Requiem
Konselebrasi 2013 sudah mulai berdatangan untuk mempersiapkan acara yang akan
dimulai pk.14.00. Tenda baik untuk panggung maupun untuk umat sudah tertata
rapi, dekorasi sudah terpasang dengan baik dan mulai ditambah dengan berbagai
tanaman sebagai pemanis dekorasi di panggung.
Suasana disekitar Altar |
Bagian paramenta mulai
mempersiapkan meja altar dengan dibalut kain warna putih dan bagian
perlengkapan menyusun tempat duduk dan juga gunungan mulai di persiapkan.
Gunungan yang di hias dengan berbagai
sayur mayur dan buah-buah yang difungsikan sebagai tempat abu dari hasil
bakaran lembaran ujub doa dan nantinya dilarung ke tengah laut.
Rumah-rumahan dari kertas disediakan
untuk sarana meletakkan lembaran-lembaran ujub yang dibuat menyerupai bendera
ukuran kecil. Setelah ditulis dengan nama yang akan didoakan dalam Perayaan
ekaristi siang hari ini, lalu ditancapkan di teras rumah tersebut.
Sarana mobil toilet juga kami siapkan
dan sejak hari Sabtu sudah standby di tempat, hal ini untuk memenuhi permintaan
peserta pada Misa tahun yang lalu di mana mereka merasa kesulitan kalau mau ke
toilet, sebab toilet yang disediakan di Pantai Marina letaknya agak jauh dari
tempat di mana Perayaan Ekaristi itu dilaksanakan. Panitia juga melengkapi
dengan satu Unit Mobil Ambulance lengkap dengan perawat dan seorang dokter
untuk bersiaga di lokasi.
Rumah dari Kertas sebagai sarana menampung Ujub doa |
Seperti yang sudah-sudah panitia
menyediakan armada angkutan berupa bis besar bagi peserta yang ingin mengikuti
Perayaan Ekaristi di Pantai Marina namun kesulitan dalam transportasinya. Untuk
kali ini sesuai permintaan dari peserta panitia menyediakan 13 bis dari
Salatiga ada 2 bis, Girisonta dan juga Ungaran belum dari Paroki-paroki yang
ada di kota Semarang disediakan masing-masing 1 bis.
Dengan berjalannya waktu, dan
mendekati waktu akan dimulainya Misa tersebut terus berdatangan umat, sehingga
tempat duduk yang kami siapkan sudah tidak dapat menampung umat yang begitu
antusias untuk bersama-sama dalam mendoakan para kerabatnya yang telah
meninggal lebih dahulu akibatnya banyak yang harus berdiri atau duduk di tikar
yang juga telah kami persiapkan. Diperkirakan lebih dari 1.000 umat datang mengikuti upacara Ekaristi di siang ini.
Pk.13.50 pembawa acara sudah
berada dibelakang podium untuk mengajak umat dalam mempersiapkan diri guna
mengikuti Misa yang sebentar lagi akan segera dimulai.
Acara di awali dengan tarian dari
adat Bali yang sekaligus menjemput arakan-arakan Misdinar, prodiakon, romo
berjalan menuju altar.
Tarian adat Bali menjemput arak2an menuju altar |
Tarian adat Jawa |
Pada Perayaan Ekaristi ini
dipimpin oleh Romo Vincensius Wahyu Harjanto MSF, Romo Benardinus Haryasmara
MSF dan Romo FX Agus Gunadi Pr.
Homili romo Wahyu dapat kami
sajikan sebagai berikut :
Setiap kali kita berkumpul untuk mendoakan
arwah, sekali lagi juga diingatkan kepada kita akan pepatah kearifan local,
kalau kita di Jawa, ya, kearifan local Jawa.
“ Urip iku mung mampir ……”, serentak umat meneruskan dengan
berteriak “ ngombe “. Ya setiap kali
kita diingatkan itu, yang namanya mampir ngombe, ya tidak setahun, tidak lama,
yang segera juga akan selesai dan melanjutkan perjalanan.
Rupanya kearifan seperti ini tidak hanya dalam kelompok budaya
tertentu saja tetapi menyeluruh, hampir dikatakan disetiap suku bangsa punya
akan kearifan local semacam ini. Dengan demikian menjadi jelas bahwa sebetulnya
itu merupakan kerinduan dari setiap insan yang pernah hidup di dunia ini.
Setiap orang akan mengatakan : “ Wis mati yo dinengke wae “ . Sudah meninggal
tidak ada artinya lagi. SALAH BESAR,
kenapa ? Begitu orang lahir sebetulnya sudah tidak bisa hilang lagi,
tercatat dalam sejarah, entah itu tertulis ataupun tidak, dan itu fakta yang
tidak bisa diingkari. Oleh sebab itu menjadi maklum, masuk akal, apabila setiap
dalam kelompok bangsa-bangsa ada, entah itu bentuknya apa? Upacarakah? Pertemuankah?
Doakah? Yang semuanya dimaksudkan mengenang kembali, menghadirkan kembali yang
sudah meninggal. Dan itu banyak macamnya, oleh sebab itu Gereja member kesempatan
yang sama. Doa Ekaristi, Misa untuk Arwah yang kita buat siang hari ini. Dengan
jelas di garisbawahi ketika kita mendengar bacaan pertama dari Kitab Makabe,
bahwasanya hubungan mereka yang sudah meninggalkan kita di dunia ini dengan
kita yang masih ada di dunia ini, masih ada . Bahkan lebih jauh lagi, kemarin
sehari sebelum kita merayakan Misa Arwah ini juga ada hari Raya Para Kudus.
Sehingga ada tiga lapisan kehidupan dalam satu kenyataan. Mereka yang hidup
mulia di surga adalah para Santo dan Santa, memang untuk ke sananya tidak
gampang, namanya masuk surga. Itu semua ya harus bersih, kalau masuk surga
masih ada kotoranya itu sorogan namanya. Perlu ada sesuatu dulu supaya orang
pantas, oleh sebab itu ada tempat lain yang disebut ‘Api Pencucian’. Apa
maksudnya? Maksudnya adalah situasi di mana orang belum pantas masuk dalam
Kerajaan Bapa, tetapi ada ticket di kantongnya, itu hanya saja perlu mandi
dulu, perlu dandan dulu, masak pakai daster ke pesta? Itu apa, ya tidak bisa, maka
masuk akal. Tetapi masalahnya mereka bukan lagi di dunia ini, oleh sebab itu
perlu dibantu, lewat apa? Ya doa-doa kita orang beriman.
Kalau kita satu keluarga dijalin satu oleh
satu ikatan ‘iman’, yang namanya orang di dalam iman, itu tembus ke-mana-mana,
seperti halnya jaringan internet itu lho, walaupun kita di WC pasti kena, jadi
jaringan itu begitu luas melampaui batas-batas ruang dan waktu.
Kitapun percaya saudara-saudara kita yang
sudah mendahului kita, tidak dibuang, mereka masih menanti saatnya tiba di mana
masuk dalam Kerajaan Bapa dengan persiapan dicuci dan dibersihkan. Oleh sebab
itu Gereja juga member pada saat kesempatan di bulan Npvember, tanggal 2 di
dalam kalender liturgy di tuliskan mereka mempunyai kesempatan umat beriman
mendoakan arwah saudara-saudara mereka yang telah mininggal selama 8 hari
berturut-turut, kalau tidak keliru dimulai tanggal 1 s/d 8 tanpa henti, itu berarti mendapatkan
idulgensi penuh, dan bagi yang mendoakan sebagian akan mendapat idulgensi
sebagian. Apa itu idulgensi? Bukan ‘Getuk’
, itu artinya adalah pengurangan hukuman atas dosa. Lho!
Sakramen Pengampunankan sudah membereskan dosa? BETUL!! Lho, lalu untuk apa? Begini masalahnya, kalau
saya nyolong ayam, ya , lalu saya mengaku saya mencur ayam. Yang punya ayam
bilang :”Baik, saya ampuni” Namun
Pemilik ayam masih dirugikan, karena ayamnya tidak dikembalikan, ya harus
ayamnya dikembalikan; itu namanya ganti rugi – itu harus ada.
Persembahan dalam bentuk roti,
anggur, buah, bunga yang dibawa oleh OMK, terasa sangat berbeda karena para
pembawa persembahan didandani dengan memakai pakaian adat dari berbagai suku
yang ada di bumi Nusantara antara lain ada yang mengenakan pakaian dari suku
Toraja, Minangkabau, flores dan dari suku Dayak.
Iringan pembawa persembahan |
Memang ini sangat menarik dan
dalam maknanya. Sebelum arak-arakan persembahan berjalan didahului dengan
tari-tarian dari adat suku Jawa dan
sekaligus menjemput arak-arakan pembawa persembahan berjalan menuju altar.
Para pembawa persembahan dengan pakaian adat |
Pada saat komuni dibagikan
ternyata dari langit dikirimkan percikan air, panitia sudah ribut cari payung
untuk menghalangi agar hosti tidak kena air. Tapi ternyata hanya sebentar (
dalam hati “ Tuhan memberkati dengan percikan air dari langit” ).
Setelah perayaan Ekaristi selesai di tutup dengan berkat Meriah dan romo meninggalkan altar dilanjutkan
dengan tarian Modern dance sembari panitia sudah mulai membakar ujub-ujub doa
dan juga rumah-rumahan ikut dibakar. Tetapi hanya abu dari ujub saja yang
dilarung ketengah laut.
Untuk melarung ketengah laut
panitia telah menyediakan 1 (satu) kapal yang bisa membawa maximal 100 orang
ketengah laut, tetapi untuk aman karena pada umumnya disore hari ombak agak
besar maka panitia hanya membolehkan untuk diisi 50 – 60 orang saja.
Rumah2an serta ujud doa di bakar |
Acara secara keseluruhan berakhir
pada sekitar pk 17.30 . Terima kasih kepada seluruh undangan yang telah
bersedia hadir dalam acara tersebut, selama bertemu pada kesempatan yang lain.