Senin, 11 November 2013

MISA REQUIEM KONSELEBRASI (MRK) 2013



 SEKILAS INFO TENTANG MISA REQUEIM KONSELBRASI 2013 DI PANTAI MARINA

Minggu, 3 November 2013 langit di atas Pantai Marina sangat cerah, sekitar pk. 09.00 pagi panitia Misa Requiem Konselebrasi 2013 sudah mulai berdatangan untuk mempersiapkan acara yang akan dimulai pk.14.00. Tenda baik untuk panggung maupun untuk umat sudah tertata rapi, dekorasi sudah terpasang dengan baik dan mulai ditambah dengan berbagai tanaman sebagai pemanis dekorasi di panggung.
Suasana disekitar Altar
Bagian paramenta mulai mempersiapkan meja altar dengan dibalut kain warna putih dan bagian perlengkapan menyusun tempat duduk dan juga gunungan mulai di persiapkan. Gunungan yang di hias dengan berbagai  sayur mayur dan buah-buah yang difungsikan sebagai tempat abu dari hasil bakaran lembaran ujub doa dan nantinya dilarung ke tengah laut.
Rumah-rumahan dari kertas disediakan untuk sarana meletakkan lembaran-lembaran ujub yang dibuat menyerupai bendera ukuran kecil. Setelah ditulis dengan nama yang akan didoakan dalam Perayaan ekaristi siang hari ini, lalu ditancapkan di teras rumah tersebut.
Sarana mobil toilet juga kami siapkan dan sejak hari Sabtu sudah standby di tempat, hal ini untuk memenuhi permintaan peserta pada Misa tahun yang lalu di mana mereka merasa kesulitan kalau mau ke toilet, sebab toilet yang disediakan di Pantai Marina letaknya agak jauh dari tempat di mana Perayaan Ekaristi itu dilaksanakan. Panitia juga melengkapi dengan satu Unit Mobil Ambulance lengkap dengan perawat dan seorang dokter untuk bersiaga di lokasi.
Rumah dari Kertas sebagai sarana menampung Ujub doa

Seperti yang sudah-sudah panitia menyediakan armada angkutan berupa bis besar bagi peserta yang ingin mengikuti Perayaan Ekaristi di Pantai Marina namun kesulitan dalam transportasinya. Untuk kali ini sesuai permintaan dari peserta panitia menyediakan 13 bis dari Salatiga ada 2 bis, Girisonta dan juga Ungaran belum dari Paroki-paroki yang ada di kota Semarang disediakan masing-masing 1 bis.
Dengan berjalannya waktu, dan mendekati waktu akan dimulainya Misa tersebut terus berdatangan umat, sehingga tempat duduk yang kami siapkan sudah tidak dapat menampung umat yang begitu antusias untuk bersama-sama dalam mendoakan para kerabatnya yang telah meninggal lebih dahulu akibatnya banyak yang harus berdiri atau duduk di tikar yang juga telah kami persiapkan. Diperkirakan lebih dari 1.000 umat datang mengikuti upacara Ekaristi di siang ini.
Pk.13.50 pembawa acara sudah berada dibelakang podium untuk mengajak umat dalam mempersiapkan diri guna mengikuti Misa yang sebentar lagi akan segera dimulai.
Acara di awali dengan tarian dari adat Bali yang sekaligus menjemput arakan-arakan Misdinar, prodiakon, romo berjalan menuju altar.

Tarian adat Bali menjemput arak2an menuju altar
Tarian adat Jawa

Pada Perayaan Ekaristi ini dipimpin oleh Romo Vincensius Wahyu Harjanto MSF, Romo Benardinus Haryasmara MSF dan Romo FX Agus Gunadi Pr.
Homili romo Wahyu dapat kami sajikan sebagai berikut :

Setiap kali kita berkumpul untuk mendoakan arwah, sekali lagi juga diingatkan kepada kita akan pepatah kearifan local, kalau kita di Jawa, ya, kearifan local Jawa.  “ Urip iku mung mampir ……”, serentak umat meneruskan dengan berteriak  “ ngombe “. Ya setiap kali kita diingatkan itu, yang namanya mampir ngombe, ya tidak setahun, tidak lama, yang segera juga akan selesai dan melanjutkan perjalanan.
Rupanya kearifan  seperti ini tidak hanya dalam kelompok budaya tertentu saja tetapi menyeluruh, hampir dikatakan disetiap suku bangsa punya akan kearifan local semacam ini. Dengan demikian menjadi jelas bahwa sebetulnya itu merupakan kerinduan dari setiap insan yang pernah hidup di dunia ini. Setiap orang akan mengatakan : “ Wis mati yo dinengke wae “ . Sudah meninggal tidak ada artinya lagi. SALAH BESAR,  kenapa ? Begitu orang lahir sebetulnya sudah tidak bisa hilang lagi, tercatat dalam sejarah, entah itu tertulis ataupun tidak, dan itu fakta yang tidak bisa diingkari. Oleh sebab itu menjadi maklum, masuk akal, apabila setiap dalam kelompok bangsa-bangsa ada, entah itu bentuknya apa? Upacarakah? Pertemuankah? Doakah? Yang semuanya dimaksudkan mengenang kembali, menghadirkan kembali yang sudah meninggal. Dan itu banyak macamnya, oleh sebab itu Gereja member kesempatan yang sama. Doa Ekaristi, Misa untuk Arwah yang kita buat siang hari ini. Dengan jelas di garisbawahi ketika kita mendengar bacaan pertama dari Kitab Makabe, bahwasanya hubungan mereka yang sudah meninggalkan kita di dunia ini dengan kita yang masih ada di dunia ini, masih ada . Bahkan lebih jauh lagi, kemarin sehari sebelum kita merayakan Misa Arwah ini juga ada hari Raya Para Kudus. Sehingga ada tiga lapisan kehidupan dalam satu kenyataan. Mereka yang hidup mulia di surga adalah para Santo dan Santa, memang untuk ke sananya tidak gampang, namanya masuk surga. Itu semua ya harus bersih, kalau masuk surga masih ada kotoranya itu sorogan namanya. Perlu ada sesuatu dulu supaya orang pantas, oleh sebab itu ada tempat lain yang disebut ‘Api Pencucian’. Apa maksudnya? Maksudnya adalah situasi di mana orang belum pantas masuk dalam Kerajaan Bapa, tetapi ada ticket di kantongnya, itu hanya saja perlu mandi dulu, perlu dandan dulu, masak pakai daster ke pesta? Itu apa, ya tidak bisa, maka masuk akal. Tetapi masalahnya mereka bukan lagi di dunia ini, oleh sebab itu perlu dibantu, lewat apa? Ya doa-doa kita orang beriman.
Kalau kita satu keluarga dijalin satu oleh satu ikatan ‘iman’, yang namanya orang di dalam iman, itu tembus ke-mana-mana, seperti halnya jaringan internet itu lho, walaupun kita di WC pasti kena, jadi jaringan itu begitu luas melampaui batas-batas ruang dan waktu.
Kitapun percaya saudara-saudara kita yang sudah mendahului kita, tidak dibuang, mereka masih menanti saatnya tiba di mana masuk dalam Kerajaan Bapa dengan persiapan dicuci dan dibersihkan. Oleh sebab itu Gereja juga member pada saat kesempatan di bulan Npvember, tanggal 2 di dalam kalender liturgy di tuliskan mereka mempunyai kesempatan umat beriman mendoakan arwah saudara-saudara mereka yang telah mininggal selama 8 hari berturut-turut, kalau tidak keliru dimulai tanggal 1 s/d  8 tanpa henti, itu berarti mendapatkan idulgensi penuh, dan bagi yang mendoakan sebagian akan mendapat idulgensi sebagian. Apa itu idulgensi? Bukan  ‘Getuk’ , itu artinya adalah pengurangan hukuman atas dosa.  Lho!  Sakramen Pengampunankan sudah membereskan dosa?  BETUL!!  Lho, lalu untuk apa? Begini masalahnya, kalau saya nyolong ayam, ya , lalu saya mengaku saya mencur ayam. Yang punya ayam bilang :”Baik, saya ampuni”  Namun Pemilik ayam masih dirugikan, karena ayamnya tidak dikembalikan, ya harus ayamnya dikembalikan; itu namanya ganti rugi – itu harus ada.

Persembahan dalam bentuk roti, anggur, buah, bunga yang dibawa oleh OMK, terasa sangat berbeda karena para pembawa persembahan didandani dengan memakai pakaian adat dari berbagai suku yang ada di bumi Nusantara antara lain ada yang mengenakan pakaian dari suku Toraja, Minangkabau, flores dan dari suku Dayak. 
Iringan pembawa persembahan

Memang ini sangat menarik dan dalam maknanya. Sebelum arak-arakan persembahan berjalan didahului dengan tari-tarian dari  adat suku Jawa dan sekaligus menjemput arak-arakan pembawa persembahan berjalan menuju altar.
Para pembawa persembahan dengan pakaian adat

Pada saat komuni dibagikan ternyata dari langit dikirimkan percikan air, panitia sudah ribut cari payung untuk menghalangi agar hosti tidak kena air. Tapi ternyata hanya sebentar ( dalam hati “ Tuhan memberkati dengan percikan air dari langit” ).
Setelah perayaan Ekaristi selesai  di tutup dengan berkat Meriah dan romo meninggalkan altar dilanjutkan dengan tarian Modern dance sembari panitia sudah mulai membakar ujub-ujub doa dan juga rumah-rumahan ikut dibakar. Tetapi hanya abu dari ujub saja yang dilarung ketengah laut.
Untuk melarung ketengah laut panitia telah menyediakan 1 (satu) kapal yang bisa membawa maximal 100 orang ketengah laut, tetapi untuk aman karena pada umumnya disore hari ombak agak besar maka panitia hanya membolehkan untuk diisi 50 – 60 orang saja.
Rumah2an serta ujud doa di bakar

Acara secara keseluruhan berakhir pada sekitar pk 17.30 . Terima kasih kepada seluruh undangan yang telah bersedia hadir dalam acara tersebut, selama bertemu pada kesempatan yang lain.